Lulus lulus lulus!!
Alhamdulillah banget bisa melewati semua tahap pendidikan yang melelahkan..
Tahap ujian ketrampilan klinik alias UKK, yang dimulai dari semester 2 sampe
5, dari yang awalnya tegang pas UKK pertama, mpe rasanya njelehi pas UKK
terakhir.
Tahap tesis dan semua printilannya. Tahap seminar propasal yang dengan
suksesnya kulalui dengan mendapat nilai B. Secara pas itu lagi heboh2nya
menyiapkan pernikahan indah nan suci serta wangi semerbak melati.
Persiapan yudisium juga gak mau kalah heboh. Diminta bikin naskah publikasi,
summary, jurnal. Ooohh benar2 keluar menjadi spKg yang tertempa deh.
Semua tahap di atas menggunakan fasilitas kertas dan printer. Begitu
semua selesai, tertumpuklah kertas2 tadi. Kertas UKK, kertas proposal tesis,
ujian hasil tesis, ujian akhir tesis, naskah publikasi n semuuuuuaaanya.
Berbekal pengalaman menjual kertas bekas pas jaman lulus drg, aku
mengeluarkan keahlianku lagi untuk menyortir kertas berdasar jenisnya. Kertas
putih n kertas campur. Cerita pengalaman jualin kertas pas lulusan drg bisa dilihat
disini.
Setelah selesai, kulihat tumpukan kertas di hadapanku gak sefantastis jaman
selesai S1 dulu. Yaiyalah beda kuantitas selama 6 tahun n selama 2,5 tahun ya.
Akhirnya aku todong mama mertua buat ikut njual kertas bekasnya juga. Proposalku
disambut hangat n beliau mulai mengaduk simpenannya.
Beliau seorang guru sekolah menengah atas di yogyakarta. Kertas bekas versi
beliau tentu gak jauh-jauh dari profesinya sebagai guru. Kertas ulangan siswa,
makalah tugas siswa, LKS buram siap diangkut ke tempat penjualan kertas bekas.
Singkat kata, aku n suami mengendarai mobil berbagasi penuh oleh kertas
bekas menuju Jombor, ke tempat penjualan kertas bekas yang dulu pernah
kudatangi.
Sayang seribu sayang, di sana kami disambut dengan pelayanan yang
mengecewakan. Dulu kami datang langsung kertas di timbang menggunakan sejenis
timbangan kantong beras. Namun sekarang, walau kami datang cukup pagi n
tentunya lumayan sepi, kami diminta mendaftar dulu n masuk di garasi karena
kami pakai mobil. Mbaknya bilang tunggu saja sampai dipanggil. Kami diserobot oleh
mobil deck yang begitu datang langsung parkir tepat di depan pintu garasi. Kami
percaya aja ma kata mbaknya yang nunggu dipanggil, tapi begitu pintu garasi
dibuka n orang selanjutnya masuk, yang masuk tentu saja mobil deck yang udah
parkir di depan, kami melongo aja. Dari situ suami dah mulai bete.
Ya aku berusaha menenangkan, ya udah kita parkir di depan garasi aja. Takut keserobot lagi, karena ada mobil deck lain yang baru saja datang. Suami memarkirkan mobilnya
sesuai instruksiku. Setelah menunggu, pintu garasi terbuka lagi, mobil deck yang
telah kosong tadi melengang pergi. Saatnya kami masuk, pikirku. Eh ma mbaknya
yang bukain pintu garasi malah mobilku disuruh mundur dulu n yang disuruh masuk malah mobil
deck belakang kami yang baru datang.
Di situ akupun juga jelas ikut males. Ga jelas karena apa, mungkin
karena sistemnya yang ala terminal alias ngawur, sengawur wajah mbaknya, atau
kami kurang dianggap karena kuantitas kertasnya jelas kalah ma mobil deck. Kami
memutuskan gak mau berlama-lama di tempat itu. Kami nyari lagi tempat penjualan
kertas bekas lainnya di daerah itu.
Kami bertemu dengan tempat U.D Sregep tak jauh dari tempat pertama yang
malesi tadi. Kami langsung ke pusatnya karena cabangnya kebetulan tutup.
Di pusatnya, mobil kami dipersilakan masuk ke halaman belakang. Disitu tampak
setumpuk kertas menggunung dengan pegawai yang menggunung pula. Begitu mobil
kami berhenti. Beberapa pegawai wanita (4-5 orang) bergegas datang untuk
mengambil kertas kami di bagasi mobil. Perasaan saat itu seeenneeeeng baget.
Dari awalnya ke tempat yang gak jelas n dicuekkin, sekarang kami langsung
disambut seperti itu. Merasa dihargai. Sesuai deh ma nama perusahaannya,
SREGEP o(^^)O
Kertas kami dengan cekatan ditimbang, dihitung harganya. Salah satu petugas
tak lama kemudian menghampiriku memberi secarik kertas kuitansi n beberapa
lembar uang #matahijau
Aku lihat kertas kami dinilai memang lebih murah dibandingkan tempat awal sebelumnya
beberapa tahun yang lalu. Aku gak tau harga kertas emang turun atau emang di tempat
ini nilai belinya lebih rendah. Tapi aku gak mo ambil pusing, karena udah
terlanjur kecewa banget ma tempat yang pertama.
Akhir kata, Alhamdulillah,,