Rabu, 10 Maret 2010

Menjadi dokter gigi puskesmas berkualitas

Hai, hai,,

Tercatat sejak tanggal 8 Februari 2010, aku dan kelompok koasku, kelompok 50,  resmi berada dlm naungan stase IKGM-IKGP. The journey is begin.

Jadwalnya: diawali dg berbagai pengarahan n pembekalan selama 1 minggu penuh, datang jam 8 pagi - pulang jam 5, setega dokternya aja. UKGS selama 2 hari (ceritanya ada di postingan ini) Setelah itu puskesmas selama 3 minggu. Yup, STOP dulu di puskesmas, ini ada cerita yg diambil dr website PDGI.

Menjadi dokter gigi puskesmas berkualitas
.
Ketika dokter gigi sedang praktek sore, mereka banyak mendapat keluhan dari pasien tentang dokter gigi puskesmas yang dinilai tidak berkualitas, padahal di daerah, hampir semua dokter gigi yang praktek sore adalah dokter puskesmas di pagi harinya.

Jadi sebenarnya apabila kita analisa ulang, baik kemampuan maupun keahlian dokter gigi puskesmas adalah sama dengan dokter gigi praktek sore karena mereka adalah orang yang sama lalu apa yang menyebabkan munculnya opini dokter gigi puskesmas tidak berkualitas?

Tak bisa dipungkiri penyebab utama munculnya opini itu adalah karena peralatan dan bahan yang tersedia di praktek sore sebagian besar lebih lengkap dan lebih canggih daripada yang terdapat di Puskesmas. Padahal puskesmas adalah ujung tombak pelayanan kesehatan bagi masyarakat Indonesia, terutama yang berada di bawah garis kemiskinan dan yang tinggal di pelosok pedesaan. Pada masa Orde Baru berhasil dibangun sekitar 7.000 puskesmas baru di seluruh Indonesia, sehingga tak heran apabila banyak pujian datang dari negara lain bahkan pola pemerataan kesehatan dengan model puskesmas ditiru di berbagai negara.

Untuk menyiasati kurangnya peralatan dan bahan di puskesmas, dokter gigi bisa lebih mengembangkan upaya promotif dan preventif yang tidak bisa dilakukan oleh dokter gigi praktek sore. Hal ini penting dilaksanakan karena dari sejak dulu masalah kesehatan gigi umumnya berawal dari rendahnya pengetahuan masyarakat, buruknya sanitasi, dan lemahnya ekonomi keluarga.

Untuk memperkecil hambatan komunikasi antara puskesmas dan masyarakat dapat ditempuh dengan meluaskan sasaran program penyuluhan, bukan hanya UKGS dan posyandu saja tetapi juga kepada kelompok pengajian, arisan, atau komunitas formal maupun informal lainnya. Jangan berhenti berkreasi untuk mencari bentuk saluran komunikasi dengan masyarakat, sebuah puskesmas di Banjar Kalimantan Selatan ada yang mendirikan rasio komunitas, contoh yang patut di teladani.
Sebagai upaya terpenting untuk menghilangkan stigma dokter gigi puskesmas tidak berkualitas adalah dengan bekerja sebaik-baiknya di Puskesmas sebagaimana ketika bekerja di praktek sore. Dokter gigi puskesmas jangan terlena dengan rutinitas, harus tetap ramah, teliti, dengan informatif dalam bekerja. Jangan dilupakan untuk terus mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan dengan mengikuti seminar-seminar atau berkomunikasi dengan sejawat lainnya, baik sesama dokter gigi ataupun dokter umum, apoteker, bidan, serta para perawat.

.

Hmm, walaupun selama di puskesmas, aku belum masuk di bagian BP Gigi, tapi stigma itu memang sering terdengar. Tapi aku yakin apabila kelayakan sarana n penghargaan untuk dokter gigi puskesmas ditingkatkan, stigma macam itu bisa dihapus. 

Tidak ada komentar: