Balesan sms dari pasien orthoku ini membuyarkan semua rencanaku. Rencana yang emang ga matang n mendadak.
-0-
Siklus inhal dah mulai dimasuki, dimana gak ada jadwal jadwal yang pasti lagi, bingung cari pasien, bingung mau inhal lab apa, dan lebih bingung karena sekarang semua harus "sendiri".
Bulan ini ada evaluasi ortho, yang dimana cuma diadakan 4 bulan sekali. Sebenarnya awalnya aku ada niat untuk ikutan evaluasi kali ini, walaupun masih banyak ketidaksiapan yang harus segera diselesaikan. Tapi ternyata setelah tanya2 koas yang pembimbingnya sama, mereka ternyata ga pada ikut evaluasi, dg alasan karena dokter evaluatornya drg.X yang sangat mempertimbangkan hasil perawatan, dan mereka gak pede jadinya. Dan klo dosenku, beliau minta semua laporan pasien sudah harus selesai, berbeda dg beberapa pembimbing yang lain yang minimal memberikan laporan pasien yang akan diajukan untuk ujian saja. Akhirnya karena kebimbangan dan kemalasanku, aku memutuskan untuk evaluasi yg berikutnya aja. Huff, hati jadi tenang karena tidak ada rasa dikejar-kejar.
Beberapa hari kemudian berbincanglah aku dg temanku. Ia bersemangat dan optimis, sifat yang sangat baik. Dia membeberkan kenapa sebaiknya evaluasi ortho secepatnya:
"Sekarang evaluasi dulu jadi bisa tau klo ada kekurangan apa, bisa diperbaiki dan ikut evaluasi selanjunya di bulan November. Tapi kalau baru ikut evaluasi November padahal tenyata masih kurang nilainya, kita harus memperbaiki lagi. Padahal keinginan lulus tahun ini, Desember (Amiin) "
Mendengar kebenaran dari kata-katanya, aku akhirnya memutuskan untuk ikut evaluasi ortho bulan ini. Masalah laporan bisa dikebut n difokuskan pada laporan pasien yang akan diujiankan aja. Apalagi ternyata keluargaku merencanakan liburan bersama dalam waktu yang lumayan panjang (10 hari) di bulan Oktober, jadi pinginnya setelah semua inhal selesai, aku gak harus stay di Jogja terus hanya karena harus kontrol ortho setiap hari Kamis.
Tapi ternyata halangan-halangan datang silih berganti.
1. Yang mau ujian harus seminar dulu. Ups, walo kaget tapi insya Alloh bisa lah.
2. Karena memutuskan ikut evalusi mendadak, pasien warisanku udah pulang ke Jakarta tanpa aku belum sempat mencetak keadaan terbaru dari giginya, padahal perkembangannya oke. Tapi karena ini pasien warisan yang maksimal pointnya cuma 5 dg hasil sebagus apapun, jadi bisalah aku memakai cetakan giginya yang ga uptodate, 3 minggu yang lalu sebelum dia pergi ke Jakarta.
3. Halangan terbesarku adalah saat aku mau mencetak pasien yang untuk ujianku, ternyata dia lagi rawat inap di RD karena thypus. Astaghfirullah. Kenapa aku ga nyetak dia dari dulu karena selain dia akhir2 ini sulit diminta untuk datang kontrol, aku juga ingin dia kucetak dalam keadaan yang lebih baik, makanya aku nunggu detik-detik terakhir perawatan biar hasilnya lebih maksimal.
Beberapa hari ini kuhabiskan waktu untuk ngejar mbuat laporan ortho. Kamar kos dah penuh sama model gigi n contoh laporan. Namun, SMS tadi membuyarkan semangatku, dan aku meragukan apakah akhirnya aku bisa ikut evaluasi bulan ini.
Ya Alloh, manusia hanya bisa berencana dan berusaha tapi pada akhirnya Engkaulah yang berkehendak.
Aku selalu mencoba berpikir positif, mungkin memang ini belum waktu yang tepat untukku. Setidaknya aku sudah membuat laporan sehingga besok menjadi lebih ringan. Atau Engkau menginginkan aku untuk jangan menyerah dan terus berusaha sampai batas hari evaluasi itu benar-benar terlewati.
Semoga apapun itu aku siap, amiin.
Nb : Pasienku tersayang, semoga cepat sembuh ya, dan jaga kesehatan. Aku sering kena typus klo makanannya ga bersih n kalau lagi kondisi badannya emang lagi gak fit. Sangat ga enak sakit klo ga berada di dekat keluarga. Aku insya Alloh akan segera menengokmu.
3 komentar:
ikut bersimpati dengan "cobaan' mu ya :)
tapi ingat juga bahwa "rejeki tak pernah tertukar". berarti kalo emang jatahmu ujian, semua jalan akan terbuka dan dimudahkan.
amin :)
dan, good luck! ;)
amin ;)
akhirnya memang aku gak ikut ujian
smangaaatt andiin...
Posting Komentar